19 January 2015

Edisi Wonderwoman : Kernet Wanita

Posted By Hilda Amanda Putri at 14:14

Sumber: http://awanswarga.wordpress.com


Hello readers, kali ini Amanda berbagi seputar kisah inspiratif dari seorang wanita yang berprofesi menjadi kernet. Biasanya seperti yang readers ketahui, kernet itu dilakukan oleh laki-laki. Ya masak iya sih, wanita disuruh jadi kernet. Panas-panas, berkutat dengan debu, sebagian besar wanita pasti menolak untuk bekerja seperti itu.

Tapi ini berbeda readers dengan salah satu wanita yang aku temui di bus hijau atau orang-orang biasa menyebutnya ‘bis mini’. Karena ukurannya yang kecil dan perjalanan jarak pendek Mojokerto-Surabaya atau Surabaya-Mojokerto. Bus ini tidak dilengkapi dengan AC seperti bus-bus antar kota biasanya readers, kebayangkan gimana panasnya. Tapi bus ini masih menjadi pilihan masyarakat yang melakukan perjalanan jarak pendek termasuk saya, hehe. Karena tak perlu ribet untuk turun dan oper ke angkotan lain. 

 Saat itu, aku melakukan perjalanan untuk ke Surabaya readers, maklumlah masih ada beberapa keperluan di Ibu Kota Provinsi itu. Saat itu sedang menunggu lumayan lama bis mini tak kunjung datang. Setelah 30 menitan, akhirnya bis mini itu datang. Yang membuatku kagum adalah kernetnya seorang wanita berjilbab readers. Jilbabnya lebar pula, wah kebayangkan readers panas-panas diatas bis mini masih ada seorang wanita yang bekerja sebagai kernet berjilbab pula. Subhanalloh :) Ibu ini sungguh mengagumkan readers. Penasaran? Read more yuk..


Ibu itu memiliki khas, jika ada seorang gadis nih seperti aku readers haha atau anak-anak sekolah SMP dan SMA gitu readers selalu mendapat sapaan ‘sayang’ dari si ibu. Si ibu akan bertanya “Turun mana saying?” Terkadang juga bertanya “Turun mana nak? Kelas berapa? Sekolah yang pinter ya nak, supaya bisa mengangkat derajat orang tua J”. Entah saat itu aku langsung kagum dengan sosok si Ibu reaeders. Jika ada nenek-nenek atau kakek-kakek, si ibu tak enggan untuk menuntunnya. 


Hingga pada saat hampir Krian, ada seorang pria yang memasuki bis tersebut dan duduk di sebelah saya readers. Kemudian si ibu menarik tariff, eh pria tersebut marah-marah dan mengatai si ibu yang tidak-tidak. Saat itu tariff angkutan umum naik, karena kenaikan harga BBM beberapa hari sebelumnya. Namun, pria itu tidak terima dengan kenaikan tariff. Alhasil, ibunya diam saja saat dikata-katai oleh pria tersebut. Si Ibu hanya tersenyum dan mengucapkan “Nggeh, kulo ngapunten nggeh. Mangke nek nitih bus maleh, bayare dijangkepi nggeh pak. BBM e pun naik.” (Iya, saya minta ma’af. Nanti jika naik bus lagi, bayarnya tolong dilengkapi ya pak. BBM nya naik.”


Saat si Ibu dikata-katai oleh pria itu, semua penumpang bus tercengang. Memang sih, saat itu sebagian besar penumpangnya anak-anak, perempuan dan para orang tua. Jadi kami tak dapat berbuat banyak. Setelah itu si pria duduk lagi di sebelahku, kemudian aku melihat kea rah pria itu dan pria itu melihatku balik. Akupun melayangkan tatapan cuek ke pria itu. Kebawa suasana readers, ikutan pengen marah lihatnya. Hehe :p

Si Ibu bercerita, anaknya masih kecil-kecil. Yang paling besar masih SMP, si ibu harus menghidupi keluarganya karena memang penghasilan suaminya tidak mencukupi. Saat mendengar cerita beliau, rasanya aku merasa bersyukur masih bisa membeli apapun dari orang tuaku. Terkadang, ada penumpang yang tidak membayar atau tidak penuh membayarnya, si ibu diam saja dan tersenyum. Terkadang saat pulang, si Ibu melihat sepatu, seragam atau berbagai keperluan anaknya yang sudah jelek ingin sekali membelikan namun belum ada uang.

Oh readers, untuk aku dan kalian yang berada di taraf ekonomi menengah ke bawah lebih banyak bersyukur. Apalagi para wanita seperti kita yang masih bisa duduk manis di ruangan ber-AC. Semoga pelajaran dari seorang Ibu kernet itu dapat menjadikan kita menjadi manusia yang selalu bersyukur. J
 

0 Comment:

Post a Comment

 

Catatan Amanda Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review